Profil Desa Kedungwuluh

Ketahui informasi secara rinci Desa Kedungwuluh mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Kedungwuluh

Tentang Kami

Desa Kedungwuluh, Kecamatan Kalimanah, merupakan pusat industri genteng press tradisional yang vital di Purbalingga. Didukung oleh sektor pertanian yang subur, desa ini menyinergikan kekuatan industri kerajinan tanah liat dengan ketahanan pangan yang tang

  • Pusat Industri Genteng

    Kedungwuluh dikenal luas sebagai sentra produksi genteng press berkualitas tinggi, sebuah industri padat karya yang menjadi pilar utama perekonomian desa dan diwariskan secara turun-temurun.

  • Lumbung Pangan Produktif

    Dengan lahan persawahan yang luas, desa ini memainkan peran penting sebagai salah satu lumbung pangan penyangga di Kecamatan Kalimanah, khususnya dalam produksi padi.

  • Sejarah dari "Kedung"

    Nama "Kedungwuluh" lahir dari kondisi geografis masa lampau, yakni sebuah "kedung" atau lubuk sungai yang dalam dan ditumbuhi bambu wuluh, mencerminkan lekatnya sejarah desa dengan alam.

Pasang Disini

Terletak di kawasan yang subur di Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga, Desa Kedungwuluh menampilkan perpaduan harmonis antara identitas agraris dan semangat industri kerajinan. Desa ini dikenal di seantero Purbalingga bukan hanya karena hamparan sawahnya yang produktif, tetapi juga karena deru mesin press dan deretan tungku pembakaran yang menandakan aktivitas utamanya: industri pembuatan genteng. Sebagai salah satu sentra genteng press tradisional yang utama, Kedungwuluh menjadi bukti nyata bagaimana kearifan dalam mengolah sumber daya alam tanah liat mampu menjadi penopang kehidupan bagi ratusan keluarga dari generasi ke generasi.

Secara geografis, Desa Kedungwuluh menempati lahan seluas 117,14 hektar. Wilayah ini terbagi antara lahan persawahan yang subur dan area pemukiman yang sekaligus menjadi lokasi bagi puluhan unit usaha pembuatan genteng. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021, desa ini dihuni oleh 3.518 jiwa, yang menghasilkan tingkat kepadatan penduduk sekitar 3.003 jiwa per kilometer persegi. Kepadatan ini mencerminkan aktivitas ekonomi yang tinggi di dalamnya. Dengan kode pos 53371, desa ini secara administratif terbagi menjadi 2 Dusun, 4 Rukun Warga (RW) dan 17 Rukun Tetangga (RT), sebuah struktur yang mengelola komunitas perajin dan petani yang dinamis.

Legenda di Balik Nama Kedungwuluh

Seperti banyak desa di tanah Jawa, nama Kedungwuluh menyimpan jejak kondisi alam dan peristiwa masa lalu. Nama ini diyakini berasal dari dua kata, yaitu "Kedung" dan "Wuluh". "Kedung" dalam bahasa Jawa berarti lubuk sungai, yakni bagian sungai yang memiliki kedalaman jauh lebih besar dibandingkan area sekitarnya. Sementara "Wuluh" merujuk pada nama jenis bambu, yaitu bambu wuluh atau bambu pring wuluh (Schizostachyum), yang sering dimanfaatkan untuk berbagai kerajinan.

Menurut cerita rakyat yang berkembang di masyarakat, pada zaman dahulu terdapat sebuah lubuk sungai yang sangat dalam di desa ini. Di tepian kedung tersebut, tumbuh rimbun rumpun-rumpun bambu wuluh. Lokasi kedung yang ditumbuhi bambu wuluh ini menjadi penanda alam (tetenger) yang sangat dikenal oleh masyarakat dan para pengelana. Untuk menggambarkan lokasi pemukiman mereka, warga kemudian menamainya "Kedungwuluh". Nama ini menjadi warisan historis yang merefleksikan bagaimana para leluhur sangat lekat dan terinspirasi oleh kondisi geografis dan kekayaan alam di sekitar mereka.

Pilar Ekonomi: Sinergi Tanah Liat dan Tanah Sawah

Perekonomian Desa Kedungwuluh berdiri kokoh di atas dua pilar utama yang bersumber langsung dari kekayaan alamnya: kualitas tanah liat untuk industri genteng dan kesuburan tanah sawah untuk pertanian. Sinergi keduanya menciptakan sebuah model ekonomi perdesaan yang tangguh dan saling melengkapi.

Sentra Industri Genteng Press Tradisional

Identitas utama dan motor penggerak ekonomi Desa Kedungwuluh adalah industri pembuatan genteng press. Puluhan unit usaha, dari skala kecil hingga menengah, tersebar di seluruh penjuru desa. Aktivitas pembuatan genteng ini menjadi pemandangan sehari-hari, mulai dari proses penggilingan tanah liat, pencetakan dengan mesin press manual, penjemuran, hingga proses pembakaran di dalam tobong (tungku) yang berlangsung selama berhari-hari.

Para perajin di Kedungwuluh dikenal memiliki keahlian turun-temurun dalam menghasilkan genteng berkualitas tinggi yang kuat, presisi, dan tahan lama. Genteng produksi Kedungwuluh tidak hanya memenuhi permintaan lokal di Purbalingga, tetapi juga dipasarkan secara luas ke kabupaten-kabupaten tetangga seperti Banyumas, Banjarnegara, dan Cilacap. Industri padat karya ini menjadi sumber pendapatan utama bagi ratusan kepala keluarga dan menyerap banyak tenaga kerja, baik sebagai pencetak, penjemur, maupun tukang bakar.

Lumbung Pangan Penyangga Desa

Meskipun industri genteng menjadi primadona, sektor pertanian tetap menjadi fondasi yang tak tergoyahkan bagi Desa Kedungwuluh. Lahan persawahan yang subur dimanfaatkan secara optimal oleh para petani untuk menanam padi. Sektor ini berperan sebagai penjamin ketahanan pangan bagi seluruh warga desa dan menjadi sumber pendapatan yang stabil.

Keberadaan sektor pertanian menciptakan keseimbangan ekonomi. Saat industri genteng menghadapi tantangan, misalnya karena musim hujan yang menghambat proses pengeringan, sektor pertanian hadir sebagai jaring pengaman. Sebaliknya, pendapatan dari industri genteng seringkali digunakan sebagai modal untuk mengolah lahan pertanian. Sinergi ini menunjukkan kearifan masyarakat Kedungwuluh dalam melakukan diversifikasi usaha untuk menjaga stabilitas ekonomi keluarga. Selain padi, sebagian warga juga memanfaatkan lahan pekarangan untuk menanam palawija dan sayur-mayur untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.